Imunisasi menjadi penting bagi semua orang terutama untuk anak. Oleh karena itu setiap orang tua wajib memberikan vaksin imunisasi kepada bayi dan anaknya, sebab hal ini sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 tahun 2013.

Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan menghilangkan penyakit menular yang mengancam jiwa dan diperkirakan mencegah antara 2 dan 3 juta kematian setiap tahun akibat penyakit menular. Ini adalah salah satu investasi kesehatan yang paling hemat biaya.


Mengapa imunisasi penting?


Kekebalan tubuh anak-anak masih berkembang dan belum sepenuhnya terbentuk. Maka dari itu mengapa sebelum anak berusia 5 tahun, ada daftar panjang vaksin yang harus diberikan kepada mereka. Dan orang harus segera mengunjungi posyandu terdekat.

Terlebih lagi anak-anak sangat mudah terpapar virus lewat aktivitas mereka. Terutama saat fase oral seperti memasukkan apa pun ke mulut, bersekolah, bermain di taman, serta masih banyak lagi yang mana sangat berisiko terhadap penyakit menular oleh temannya atau orang di sekitarnya.

Kemudian, kesadaran untuk menjaga kebersihan seperti mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun masih belum menjadi prioritas bagi sang anak. Artinya, mereka sangat mudah terpapar virus dan bakteri ketika mereka mau makan sendiri.

Cara terbaik untuk melindungi anak adalah dengan memastikan imunisasi mereka terpenuhi.


Jenis-jenis vaksin Imunisasi




1. BCG


Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) dapat diberikan sejak lahir. Imunisasi ini bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). Apabila vaksin BCG akan diberikan pada bayi di atas usia 3 bulan, ada baiknya dilakukan dulu uji tuberkulin. BCG boleh diberikan apabila hasil tuberkulin negatif.

Vaksin BCG hanya perlu diberikan satu kali seumur hidup, melalui suntikan yang dilakukan oleh dokter atau petugas medis. Selain untuk mencegah tuberkulosis, vaksin BCG juga dipakai sebagai terapi pada penyakit kanker kandung kemih.

Hindari penggunaan obat-obat berikut ini bersama dengan vaksin BCG, guna mencegah terjadinya interaksi yang tidak diinginkan:

Antibiotik: Karena dapat menganggu efektivitas vaksin BCG.
Obat imunosupresif: meningkatkan risiko infeksi akibat vaksin hidup, seperti vaksin BCG.
Imunoglobulin: menurunkan efek penyembuhan (terapeutik) pada vaksin BCG untuk kanker kandung kemih.
Vaksin hidup: Respons imun dari vaksin BCG akan terganggu jika digunakan dalam waktu kurang 30 hari bersama dengan vaksin yang mengandung mikroorganisme yang masih hidup.


2. Hepatitis B


Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 hingga 6 bulan. Jarak antara dua imunisasi Hepatitis B minimal 4 minggu. Imunisasi ini untuk mencegah penyakit Hepatitis B.

Setiap orang memiliki risiko terkena infeksi virus hepatitis B, yang dapat merusak hati, bahkan menyebabkan kematian. Selain bayi yang baru lahir, pemberian vaksin hepatitis B sangat dianjurkan bagi seseorang yang merawat pasien hepatitis B, tinggal bersama orang terkena hepatitis B, orang yang suka berganti pasangan, dan penggunaan obat narkoba suntik


3. Polio


Imunisasi Polio diberikan untuk mencegah poliomielitis yang bisa menyebabkan kelumpuhan. Ada dua bentuk vaksin polio yang diberikan, yaitu vaksin polio tetes (oral) dan injeksi (suntik). Pada awalnya, vaksin polio hanya diberikan melalui oral, tetapi vaksin polio injeksi lebih sering digunakan ketimbang vaksin polio oral. Keduanya ada kelebihan dan kekurangan masing-masing baik kandungan, dosis, serta reaksi tubuh yang diberikan.


4. DPT


Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus yang disingkat menjadi DPT. Ketiga penyakit ini sangat mudah menyerang pada masa bayi dan anak. Imunisasi DPT diberikan pada bayi umur lebih dari 6 minggu. Vaksin DPT dapat diberikan secara simultan (bersamaan) dengan vaksin Hepatitis B. Ulangan DPT diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Usia 12 tahun mendapat vaksin TT (tetanus) melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

Difteri merupakan penyakit infeksi bakteri yang menyerang selaput lendir pada hidung serta tenggorokan. Penyakit ini membentuk lapisan tebal berwarna abu-abu pada tenggorokan, yang dapat membuat anak sulit makan dan bernapas. Bila infeksi dibiarkan dan tidak diobati, racun yang dihasilkan oleh bakteri bisa menyebabkan kerusakan saraf, ginjal, dan jantung.

Pertusis yang lebih dikenal dengan sebutan batuk rejan adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang sistem pernapasan dan menyebabkan batuk parah. Jika anak di bawah satu tahun terkena penyakit ini, kemungkinan dapat mengalami pneumonia, kerusakan otak, kejang, bahkan kematian.

Terakhir tetanus, merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kekakuan otot parah, kelumpuhan, dan kejang otot. Penyakit ini juga disebabkan oleh bakteri. Berbeda dengan difteri dan pertusis yang menular, tetanus tidak ditularkan dari orang ke orang, tetapi dari luka yang kotor dan terpapar tanah serta terkena besi yang berkarat.


5. Campak


Vaksin Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2 pada usia 6 tahun melalui program BIAS. Penyakit campak disebabkan oleh virus Rubeola atau virus campak. Virus campak hidup pada mukosa hidung dan tenggorokan dan menular melalui udara.

Campak merupakan infeksi yang sangat mudah menular. Virus campak dapat bertahan di udara selama dua jam. Infeksi campak dapat menimbulkan komplikasi serius. Orang-orang yang berisiko tinggi mengalami campak dan komplikasi berat adalah orang yang belum mendapat imunisasi campak, terutama pada anak-anak di bawah lima tahun dan orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun.